BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan seni rupa modern di
Indonesia. Berkembang pula beberapa aliran-aliran seni rupa, khususnya aliran
seni lukis yang di pengaruhi oleh barat. Aliran seni lukis tersebut muncul di
eropa pada abad ke-19 yang di pengaruhi oleh pesatnya perkembangan di bidang
ilmu dan teknologi. Penemuan teori-teori baru itu kemudian di jadikan kaidah
seni yang berlaku dalam ikatan kelompok pendukungnya, maka lahirlah suatu
aliran atau paham dalam seni yaitu : aliran lukisan Klasisme, Neo Klasisme,
Romantisme, Realisme, Naturalisme, Impresionisme, Pointilisme, Ekspresionisme,
Kubisme, Futurisme, Abstrak, Dadaisme, Surealisme, Pop Art, Optical Art.
Aliran lukisan ini masing-masing
mempunyai ciri dan teknik yang berbeda sehingga dapat di bedakan dengan melihat
contoh karyanya.
B.
Identifikasi
1.
Apa yang di maksud dengan lukisan
aliran Surealisme?
2.
Bagaimanakah sejarah dari lukisan
aliran Surealisme
3.
Apa ciri-ciri dari lukisan aliran
Surealisme?
4.
Bagaimanakah teknik dari lukisan aliran
Surealisme?
5.
Siapa sajakah tokoh-tokoh Surealis dan
contohnya?
C. Pembatasan
Setelah mengidentifikasi yang
dikemukakan diatas, maka penelitian ini dibatasi hanya pada pengertian dan
pemahaman mengenai lukisan aliran Surealisme.
D. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1.
Untuk mengetahui pengertian dari
lukisan aliran Surealisme
2.
Untuk mengetahui sejarah dari lukisan
aliran surealisme
3.
Untuk mengetahui ciri-ciri dari lukisan
aliran surealisme
4.
Untuk mengetahui teknik-teknik melukis
aliran Surealisme
5.
Untuk mengetahui pelukis Surelis
E. Manfaat
1.
Kita dapat mengetahui pengertian dari
lukisan aliran Surealisme.
2.
Kita dapat mengetahui sejarah dari
lukisan aliran surealisme.
3.
Kita dapat mengetahui ciri-ciri dari
lukisan aliran surealisme.
4.
Kita dapat mengetahui teknik-teknik
melukis aliran surealisme.
5.
Kita dapat mengetahui pelukis surealis.
F. Sumber- Sumber
Ø Situs
Internet
BAB II
ISI LAPORAN
A.
Deskripsi
Surealisme
Surealisme berasal dari dua kata
yaitu sur artinya bawah, dan realis artinya nyata, seperti kejadian didalam
mimpi.
Surealisme
ialah gerakan budaya yang bermula pada pertengahan tahun 1920-an.
Surealisme merupakan seni dan penulisan yang paling banyak dikenal. Karya ini
memiliki unsur kejutan, barang tak terduga yang ditempatkan berdekatan satu
sama lain tanpa alasan yang jelas. Banyak seniman dan penulis surealis yang
memandang karya mereka sebagai ungkapan gerakan filosofis yang pertama dan
paling maju. Karya tersebut merupakan artefak, dan André Breton mengatakan bahwa surealisme berada di
atas segala gerakan revolusi. Dari aktivitas Dadaisme,
surealisme dibentuk dengan pusat gerakan terpentingnya di Paris.
Dari tahun 1920-an aliran ini menyebar ke seluruh dunia. Surealisme memengaruhi
film seperti Angel's Egg dan El Topo.
Kata surealisme diciptakan tahun 1917
oleh Guillaume Apollinaire
dalam catatan program yang menjelaskan balet Parade, yang merupakan karya kolaboratif oleh
Jean Cocteau,
Erik Satie, Pablo Picasso
dan Léonide Massine: "Dari persekutuan baru ini,
hingga sekarang, perlengkapan dan kostum panggung di satu sisi dan koreografi
di sisi lain hanya ada persekutuan pura-pura di antara mereka, terjadi sejenis
super-realisme ('sur-réalisme') di Parade, di mana saya melihat titik
mula serangkaian manifestasi semangat baru ini.
1.
Sejarah Dari Lukisan Surealisme
Surealisme,
dalam banyak karakteristik, merupakan kelanjutan dari gerakan seni pendahulunya
yang dikenal sebagai Dada, yang didirikan di tengah berkecamuknya Perang Dunia
I (1914-1918). Terhentak oleh kenyataan kehancuran besar-besaran dan
melayangnya begitu banyak nyawa yang diakibatkan perang, motivasi-motivasi para
Dadais secara kuat bersifat politis: untuk mengejek kebudayaan, pemikiran,
teknologi, bahkan seni. Mereka percaya bahwa keyakinan apapun akan kemampuan
kemanusiaan untuk mengembangkan diri melalui seni dan kebudayaan, khususnya
setelah penghancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat perang, adalah
naif dan tidak realistis. Sebagai akibatnya, para Dadais menciptakan karya
menggunakan ketidaksengajaan, kemungkinan, dan apapun yang menekankan pada
irasionalitas kemanusiaan: contohnya, menulis puisi-puisi dengan
serpihan-serpihan cukilan dari koran yang dipilih secara acak, berbicara dengan
kata-kata tak masuk akal keras-keras, dan mendaulat obyek sehari-hari sebagai
karya seni. Program surealis adalah pengembangan dari Dada, tapi menaruh lebih
banyak pandangan positif secara esensial pada pesan negatif Dada .
Para surealis
secara hebat dipengaruhi oleh Sigmund Freud, pendiri psikoanalisis dari
Austria. Mereka terutama sangat menerima pembedaannya antara ego dan id-yaitu,
antara naluri-naluri dan hasrat-hasrat utama kita (id) dan corak perilaku kita
yang lebih beradab dan rasional (ego). Sejak tuntutan dan kebutuhan utama kita
secara berkala berjalan bersinggungan dengan pengharapan masyarakat, Freud
menyimpulkan bahwa kita menekan hasrat asli kita ke dalam bagian bawah sadar
pikiran kita. Untuk individu yang ingin menikmati kesehatan kejiwaan, ia rasa,
mereka harus membawa hasrat-hasrat itu ke pikiran sadar. Freud percaya bahwa mengesampingkan
desakan tuntutan untuk menekan hasrat-hasrat yang ada di pikiran bawah sadar
tetap menampilkan dirinya, terutama ketika pikiran yang sadar melonggarkan
cengkeramannya; dalam mimpi, mitos, corak kelakuan ganjil, terpelesetnya lidah,
ketidaksengajaan, dan seni. Dalam pencarian untuk mendapatkan akses ke alam
pikiran bawah sadar, para surealis menciptakan bentuk dan teknik baru seni yang
radikal.
2.
Ciri-Ciri
Lukisan Aliran Surealisme
Objek lukisan
tampak aneh dan asing seolah-olah hanya terdapat di alam mimpi.
3.
Teknik-Teknik
Melukis Aliran Surealisme
Sebuah strategi
yang digunakan para surealis untuk mengangkat gambaran-gambaran dari alam bawah
sadar disebut “Exquisite Corpse”. Dalam bentuk seni kolaborasi ini, sehelai
kertas dilipat menjadi empat bagian lipatan, dan empat seniman berbeda memberi
kontribusi berupa representasi gambarannya tanpa melihat kontribusi seniman-seniman
lainnya. Yang pertama menggambar kepala, melipat lagi kertasnya lalu
menyerahkannya kepada seniman lainnya, yang menggambar bagian atas tubuh; yang
ketiga menggambar kedua kaki, dan yang keempat, menggambar bagian bawah tubuh.
Para seniman itu lalu membuka lipatan kertas untuk mempelajari dan
menginterpretasikan kombinasi gambar tersebut.
Max Ernst,
surealis Jerman, menemukan teknik lain yang menggunakan kemungkinan dan
ketidaksengajaan: frottage (bahasa Perancis untuk “menggosok”). Dengan menempatkan
kepingan-kepingan kayu atau logam yang kasar di bawah kanvas dan selanjutnya
melukis atau menggambar dengan pensil di atasnya, sang seniman mentransfer
motif kasar dari permukaan tersebut ke dalam karya-jadi. Dalam “Laocoon, Father
and Sons” (1926, Menil Collection, Houston, Texas), Ernst meracik motif kasar
kemungkinan dengan cara menggosok, sambil merujuk juga pada tokoh mitos Yunani,
Laocoon, seorang imam Troya yang bergulat dengan piton-piton raksasa.
Barangkali
teknik paling penting yang digunakan surealis untuk mengangkat alam bawah sadar
adalah “automatisme”. Dalam lukisan, automatisme dibuat dengan membiarkan
tangan menjelajahi permukaan kanvas tanpa campur tangan dari pikiran sadar.
Tanda-tanda yang dihasilkan, mereka pikir, tidak akan menjadi acak atau tak
berarti, tapi akan dibimbing pada setiap titiknya dengan memfungsikan pikiran
bawah sadar sang seniman, dan bukan oleh pikiran rasional atau pelatihan
keartistikan. Dalam “The Kill” (1944, Museum of Modern Art, New York City),
pelukis Perancis Andre Mason menerapkan teknik ini, tapi kemudian ia
menggunakan tanda-tanda yang telah diimprovisasi sebagai dasar untuk
penguraiannya. Betapapun mengada-adanya penyerupaannya dengan objek nyata
(dalam hal ini, wajah atau bagian tubuh), ia memperbaikinya untuk membuat
hubungannya tampak lebih jelas. Karena Masson tidak menentukan sebelumnya hal
yang menjadi subjek dari lukisannya, para surealis mengklaim bahwa
uraian-uraiannya selanjutnya dimotivasi secara murni oleh keadaan emosionalnya
selama pembuatannya..
Beberapa surealis, diantaranya Ernst, Yves Tanguy dari Perancis, dan
Roberto Matta dari Chili, menggunakan kombinasi teknik-teknik tersebut untuk
menyiratkan keadaan alam mimpi atau untuk menghasilkan perbendaharaan abstrak
dari bentuk-bentuk. Mereka sesudahnya kesulitan untuk menyimpannya ke dalam
sebuah kategori. Dalam karya Matta “The Unknowing” (1951, Museum of Modern Art,
Vienna, Austria) contohnya, sang seniman telah membuat ruang dan objek-objek
tiga dimensi yang kelihatan solid. Objek-objek tersebut, bagaimanapun juga,
sangat ambigu sehingga penyimaknya bisa melihatnya dengan berbagai cara dan
menyimpulkan interpretasi mereka sendiri-sendiri terhadap lukisan tersebut.
4.
Pelukis Surealis
Pelukis
surealis diantaranya :
o
Salvador Dali (
Spanyol )
o
Max Ernst (
Jerman )
o
Odilon Redon (
Perancis )
o
Marc Chagall (
Rusia )
o
Joan Miro (
Spanyol )
B.
Asal Muasal
Surealisme
Surealisme,
dalam banyak karakteristik, merupakan kelanjutan dari gerakan seni pendahulunya
yang dikenal sebagai Dada, yang didirikan di tengah berkecamuknya Perang Dunia
I (1914-1918). Terhentak oleh kenyataan kehancuran besar-besaran dan
melayangnya begitu banyak nyawa yang diakibatkan perang, motivasi-motivasi para
Dadais secara kuat bersifat politis: untuk mengejek kebudayaan, pemikiran,
teknologi, bahkan seni. Mereka percaya bahwa keyakinan apapun akan kemampuan
kemanusiaan untuk mengembangkan diri melalui seni dan kebudayaan, khususnya
setelah penghancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat perang, adalah
naif dan tidak realistis. Sebagai akibatnya, para Dadais menciptakan karya
menggunakan ketidaksengajaan, kemungkinan, dan apapun yang menekankan pada
irasionalitas kemanusiaan: contohnya, menulis puisi-puisi dengan
serpihan-serpihan cukilan dari koran yang dipilih secara acak, berbicara dengan
kata-kata tak masuk akal keras-keras, dan mendaulat obyek sehari-hari sebagai
karya seni. Program surealis adalah pengembangan dari Dada, tapi menaruh lebih
banyak pandangan positif secara esensial pada pesan negatif Dada .
Para
surealis secara hebat dipengaruhi oleh Sigmund Freud, pendiri psikoanalisis
dari Austria. Mereka terutama sangat menerima pembedaannya antara ego dan
id-yaitu, antara naluri-naluri dan hasrat-hasrat utama kita (id) dan corak
perilaku kita yang lebih beradab dan rasional (ego). Sejak tuntutan dan
kebutuhan utama kita secara berkala berjalan bersinggungan dengan pengharapan
masyarakat, Freud menyimpulkan bahwa kita menekan hasrat asli kita ke dalam
bagian bawah sadar pikiran kita. Untuk individu yang ingin menikmati kesehatan
kejiwaan, ia rasa, mereka harus membawa hasrat-hasrat itu ke pikiran sadar.
Freud percaya bahwa – mengesampingkan desakan tuntutan untuk menekan
hasrat-hasrat – yang ada di pikiran bawah sadar tetap menampilkan dirinya,
terutama ketika pikiran yang sadar melonggarkan cengkeramannya; dalam mimpi,
mitos, corak kelakuan ganjil, terpelesetnya lidah, ketidaksengajaan, dan seni.
Dalam pencarian untuk mendapatkan akses ke alam pikiran bawah sadar, para
surealis menciptakan bentuk dan teknik baru seni yang radikal.
C.
Mimpi-Mimpi, Mitos-Mitos, dan
Metamorfosis
Mimpi,
menurut Freud, adalah jalan terbaik untuk mempelajari alam bawah sadar, karena
dalam mimpilah pikiran bawah sadar kita, hasrat-hasrat utama menampilkan
dirinya. Ketidakberaturan dalam mimpi, Freud percaya, adalah hasil dari
pergulatan memperebutkan dominasi antara ego dan id. Dalam usaha untuk
mengakses kinerja pikiran yang sebenarnya, banyak surealis yang menggali untuk
meraba kualitas mimpi yang tak masuk akal. Para pemimpin dari seniman-seniman
tersebut antara lain Salvador Dali dari Spanyol, dan Rene Margrite serta Paul
Delvaux dari Belgia.
Untuk
mengungkap kualitas irasional dari alam mimpi – dan secara bersamaan, untuk
mengejutkan para penyimaknya – banyak pelukis surealis menggunakan representasi
yang realistis, tapi meletakkan secara berdampingan objek-objek dan
gambarannya dengan cara yang irasional. Dalam “Magritte’s Pleasure” (1927,
Kunstsammlung Nordrhein-Westfalen, Düsseldorf, Jerman), sebagai contohnya,
seorang gadis kecil mencabik-cabik seekor burung dengan giginya lalu menelannya
hidup-hidup. Karya tersebut menggarisbawahi kejahatan umat manusia, sambil
mempermainkan ketidakcocokan antara judul dan gambarannya. Dalam karya Dali,
Apparition of Face and Fruit Dish on a Beach (1938, Wadsworth Atheneum Museum
of Art, Hartford, Connecticut), buah-buahan pelengkap hidangan tampak
menggentayang sebagai wajah, jembatan sebagai kalung kekang anjing, dan pantai
sebagai taplak meja, tergantung apa yang menjadi fokus penyimaknya.
Dali
juga bereksperimen dengan film, yang menawarkan kemungkinan memotong, menindih,
mencampur, atau memanipulasi gambar untuk menciptakan penyejajaran gambar
sedemikian rupa yang mengguncang penyimaknya. Dalam film seperti Un chien
Andalou (An Adalusian Dog, 1929) dan L’age d’or (The Golden Age, 1930),
dua-duanya adalah hasil kolaborasi dengan sutradara Spanyol Luis Bunuel,
perangkat-perangkat tersebut digunakan sebagai tambahan untuk rangkaian dan
pengembangan plot yang irasional.
Metamorfosis
dari satu objek ke objek lainnya, yang populer digunakan oleh para pelukis dan
pembuat film surealis, adalah perangkat yang juga digunakan oleh para pemahat
surealis. Seniman Swiss Meret Oppenheim menghubungkan cangkir teh, piring
cawan, dan sendok dengan bulu binatang dalam karyanya Object (Breakfast in Fur)
(1936, Museum of Modern Art, New York City), membawa penyimaknya untuk
membayangkan sensasi yang membingungkan dengan meminum dari cangkir serupa itu.
Banyak
surealis yang menjadi terpesona dengan mitos. Menurut Freud, mitos-mitos
mengungkap belenggu kejiwaan yang tersembunyi dalam setiap manusia. Psikolog
Swiss Karl Jung meneruskan dengan argumen bahwa mitos – mengesampingkan tempat
asal dan waktu terjadinya – menunjukkan persamaan yang patut diperhatikan. Ia
menjelaskan persamaan-persamaan tersebut melalui keberadaan apa yang ia sebut
dengan “ketidaksadaran kolektif”, lapisan kejiwaan yang entah bagaimana
dimiliki oleh semua manusia. Seperti halnya mimpi menampilkan gambaran-gambaran
irasional yang mengungkap kejiwaan pemimpinya, mitos mengungkap kejiwaan semua
umat manusia.
Dalam
lukisan Dali “Metamorphosis of Narcissus”(1934, Tate Gallery, London, England),
sang seniman merujuk pada tokoh mitos Yunani kuno, Narcissus, yang mana adalah
seorang anak muda yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri dan
dialih-bentukkan menjadi bunga yang cantik. Mitos-mitos Yunani menarik para
surealis karena metamorfosis (perubahan dari satu bentuk ke bentuk lain) adalah
tema yang paling sering mereka ulang. Secara serupa, dalam lukisan Dali, apa yang
pada pandangan pertama tampak seperti pantat manusia, dilihat dengan cara lain,
menjadi gambar tangan yang memegang telur.
Mitos-mitos
juga menarik bagi surealis dikarenakan peran pentingnya bagi budaya-budaya
non-barat. Dalam pandangan para pengikut Freud, peradaban barat berada dalam
bahaya karena menceraikan kemanusiaan dari sifat alaminya. Secara luas
dipercaya bahwa budaya-budaya non-barat lebih selaras dengan sifat dan
dorongan-dorongan alami – dorongan-dorongan yang diekspresikan melalui mitos-mitos
dan seni kebudayaan tersebut. Seorang surealis yang meminjam dari kesenian
Afrika untuk karyanya adalah pemahat Swiss Alberto Giacometti. Dalam membuat
“Spoon Woman” (1926, Museum of Modern Art, New York City), yang mana di
dalamnya sendok menyerupai juga bentuk badan wanita yang berlekuk, Giacometti
dipengaruhi oleh orang suku Dan di Liberia dan Cote d’Ivoire, yang mana
sendok-sendok dan centong-centongnya juga menyerupai bentuk manusia.
D.
Sastra Surealis
Meskipun
surealisme paling banyak memberikan pengaruh dalam seni visual, gerakan
tersebut pada awalnya dimulai sebagai gerakan kesusastraan. Menurut Andre
Breton, karya surealis yang pertama adalah “Les champs magnétiques” (1920; The
Magnetic Fields, 1985), kumpulan tulisan automatisme yang ia tulis berkolaborasi
dengan penulis Perancis Philippe Soupault. Penulis-penulis surealis penting
lainnya antara lain para penulis Perancis Louis Aragon, Jean Cocteau (yang juga
membuat film-film surealis), dan Paul Éluard. Beberapa penulis surealis membuat
catatan-catatan dari mimpi, dan, seperti pelukis surealis, beralih pada teknik
automatisme untuk mengakses alam bawah sadar. Dalam penulisan automatis para
surealis membiarkan pikirannya mengalir dengan bebas ke dalam halaman kertas
tanpa mencoba untuk menyunting atau mengaturnya. Hasil aliran kata-kata
tersebut seringkali susah dimengerti. Seperti pelukis surealis, para penulis
tersebut kemudian memodifikasi automatisme murni dari percobaan awal mereka
dengan menyuntingnya, seringkali dengan penegasan yang seksama terhadap
gambaran-gambaran simbolis.
Para penulis surealis menggali kembali ketertarikan dalam
dua orang penyair Perancis yang karyanya sepertinya telah mengandung
benih-benih surealis: Arthur Rimbaud dan Isidore Ducasse, yang nama penanya
adalah Le Comte de Lautréamont. Breton mengadopsi ungkapan dari Lautreamont
“cantik seperti kesempatan yang bertemu di meja mesin jahit yang terpotong dan
sebuah payung,” sebagai contoh yang mengejutkan, ketidakberaturan kecantikan
yang diharapkan para surealis untuk diungkapkan.
E.
Pengaruh Surealisme
Surealisme
dinilai sebagai salah satu dari gerakan-gerakan seni yang paling penting dan
berpengaruh di Eropa pada paruh pertama abad 20. Banyak surealis, termasuk
Breton, Masson, Ernst, and Matta, menghabiskan waktu di Amerika Serikat selama
Perang Dunia II (1939-1945). Kehadiran mereka terbukti penting bagi
perkembangan para pelukis abstrak-ekspresionis, terutama bagi karya Arshile
Gorky, Robert Motherwell, dan Jackson Pollock. Surrealism juga meninggalkan
pengaruh kekal pada seni Amerika Latin, dalam karya seniman-seniman seperti
Frida Kahlo dari Meksiko dan Wifredo Lam dari Kuba.
F. Surealisme: Pecundang Klasik Yang Menjadi Klasik
Banyak galeri
melarang pengunjung memegang obyek yang dipamerkan. Itu sah-sah saja. Tapi di
Perancis, ada katalog pameran yang justru mengajak "Silahkan Pegang",
terbit 1947 untuk sebuah pameran surealisme.
Salah satu
guyonan tipikal yang sering dikemukakan seniman Marcel Duchamp adalah meraba
buah dada di tempat terbuka. Seperti perupa surealis lainnya, Marcel Duchamp
beranggapan bahwa manusia acap menekan imajinasinya. Dalam penggarapan seni,
hal ini sebenarnya tak baik dilakukan. Menurut kaum surealis seperti Duchamp,
membongkar tabu-tabu sosial bisa dimasukkan dalam kategori seni.
"Duchamp
bermain dengan pergolakan batin: apakah saya boleh, apa saya betul ingin
melakukannya, apakah perlu saya lakukan itu? Perasaan-perasaan yang
bertentangan ini menjadi dasar pemikiran karyanya“, begitu jelas Ingrid
Pfeiffer, kurator pameran „Obyek-obyek Surealis“.
Obyek-obyek
ini mulai digarap pada tahun 1930-an. Ketika itu, André Breton seorang pemikir
garda depan di jamannya, mengatakan bahwa salah satu jalan keluar untuk
mengatasi ditekannya imajinasi adalah untuk berhenti melukis, dan mulai membuat
obyek-obyek tiga dimensi. Salvador Dalí, seorang tokoh surealisme yang paling
dikenal kemudian membuat parodi mengenai citra perempuan sempurna yang terdapat
dalam sejarah seni rupa, yakni patung Venus de Milo yang diciptakan oleh
pematung jaman antik Alexandros dari Antioch. Dalam karya „Venus dari Milo“
yang dibuat oleh Salvador Dali, terdapat laci-laci di bagian dada dan lututnya.
G.
Figur Seniman Yang Terkenal Dalam Aliran
Surealisme
1.
Salvador Dali
Salvador Felipe Jacinto Dali I Domenech lahir di 08:45
pada pagi hari 11 Mei 1904 di kota pertanian kecil Figueres, Spanyol. Figueres
terletak di kaki bukit Pyrenees, hanya enam belas kilometer dari perbatasan
Perancis dalam azas Catalonia. Anak seorang notaris sejahtera, Dali
menghabiskan masa kanak-kanaknya di Figueres dan di rumah musim panas keluarga
di desa nelayan pantai Cadaqués mana orang tuanya membangun studio pertamanya.
Sebagai orang dewasa, ia membuat rumahnya dengan istrinya Gala di Lligat Port
dekatnya. Banyak lukisannya mencerminkan cintanya daerah ini dari Spanyol.
The Dali muda menghadiri San Fernando Academy of Fine
Arts di Madrid. pengakuan awal bakat Dali datang dengan pertunjukan one-man
pertama di Barcelona pada tahun 1925. Ia menjadi dikenal secara internasional
ketika tiga lukisannya, termasuk The Keranjang Roti (sekarang dalam koleksi
Museum), ditunjukkan dalam tahunan International ketiga Carnegie Pameran di
Pittsburgh pada tahun 1928.
Salvador Dali Tahun
berikutnya, Dali mengadakan pertunjukan pertama nya one-man di Paris. Dia juga
bergabung dengan surealis, yang dipimpin oleh mantan Dadaist Andre Breton.
Tahun itu, Dali bertemu Gala Eluard ketika ia mengunjunginya di Cadaqués dengan
suaminya, penyair Paul Eluard. Dia menjadi kekasih Dali, muse, manajer bisnis,
dan inspirasi utama.
Dali segera menjadi pemimpin Gerakan Surrealist.
Lukisannya, The Persistence of Memory, dengan jam tangan lembut atau mencair
masih salah satu karya surealis yang paling terkenal. Tapi seperti perang
mendekat, Dali apolitis bentrok dengan surealis dan "diusir" dari
kelompok surealis saat "pengadilan" pada tahun 1934. Dia Namun,
memamerkan karya dalam pameran surealis internasional sepanjang dekade, tetapi
dengan 1940, Dali bergerak ke dalam jenis baru lukisan dengan keasyikan dengan
ilmu pengetahuan dan agama.
Dali dan Gala melarikan diri dari Eropa selama Perang
Dunia II, belanja 1940-1948 di Amerika Serikat. Ini adalah tahun yang sangat
penting bagi seniman. Museum of Modern Art di New York memberikan Dali
retrospektif pertama pameran besar pada tahun 1941. Hal ini diikuti pada tahun
1942 dengan terbitnya otobiografi Dali, The Secret Life Salvador Dali.
Sebagai Dali menjauh dari Surealisme dan ke dalam periode
klasik, ia memulai seri dari 19 kanvas besar, banyak tema-tema ilmiah, sejarah
atau agama tentang. Di antara yang paling dikenal dari karya-karya ini adalah
The Toreador halusinasi, dan The Discovery of America oleh Christopher Columbus
dalam koleksi museum, dan The Sakramen Perjamuan Terakhir dalam koleksi Galeri
Nasional di Washington, DC.
Pada tahun 1974, Dali membuka Museo Teatro di Figueres,
Spanyol. Hal ini diikuti oleh Retrospektif di Paris dan London pada akhir
dekade. Setelah kematian istrinya, Gala tahun 1982, kesehatan Dali mulai gagal.
Ini memburuk lebih lanjut setelah ia terbakar dalam kebakaran di rumahnya di
Pubol pada tahun 1984. Dua tahun kemudian, dengan langkah-pembuat ditanamkan.
Banyak dari ini bagian dari hidupnya dihabiskan dalam pengasingan, pertama di
Pubol dan kemudian di apartemen di Torre Galatea, berdekatan dengan Museo
Teatro. Salvador Dali meninggal dunia pada tanggal 23 Januari 1989 di Figueres
dari gagal jantung dengan komplikasi pernapasan.
Sebagai seniman, Salvador Dali tidak terbatas pada gaya
tertentu atau media. Tubuh karyanya, dari lukisan impresionis awal transisi-Nya
melalui karya surealis, dan ke dalam masa klasik, mengungkapkan seorang artis
terus tumbuh dan berkembang. Dali bekerja di semua media, meninggalkan kekayaan
minyak, cat air, gambar, grafik, dan, film patung, foto, potongan kinerja,
perhiasan dan objek dari semua deskripsi. Penting, dia meninggalkan untuk anak
cucu izin untuk mengeksplorasi semua aspek kehidupan sendiri dan memberi mereka
ekspresi artistik.
Apakah bekerja dari inspirasi murni atau pada ilustrasi
ditugaskan, wawasan tak ada bandingannya Dali dan kompleksitas simbolik yang
jelas. Di atas segalanya, Dali adalah seorang penggambar hebat. keunggulan-Nya
sebagai seorang seniman yang kreatif akan selalu menetapkan standar untuk seni
abad kedua puluh.
Kaum surealis amat gemar
mencemooh karya-karya klasik yang tercatat dalam sejarah seni rupa barat, dan
banyak karya yang dihasilkan kelompok surealis ini seringkali lucu. Tapi ada
juga yang dalam perkutatannya dengan alam bawah sadar, menghasilkan karya-karya
yang seram. Perupa Hans Bellmer misalnya, mencopoti bagian tubuh boneka,
melepaskan kepalanya dan melilit-lilitkan kaki boneka itu ke dalam bentuk yang
dianggapnya artistik. Sementara sejumlah karya Raoul Ubac, berbentuk boneka
pajangan dari toko pakaian yang kemudian puting buah dadanya ditusuki jarum.
Ada juga kepala patung boneka yang dibacok pisau, kemudian ditutupi selendang
yang mengerudungi kepala. Menurut kaum surealis, desakan-desakan erotik
merupakan dasar tindakan seseorang.
Kurator pameran Ingrid
Pfeiffer, "mereka aktif berpolitik. Di antaranya ada yang anggota partai
komunis, dan mereka semua melawan gerakan Nazi. Tapi semakin mereka kecewa
dengan target-target politik yang mengemuka, semakin mereka mendalami tema-tema
cinta dan seksualitas. Bukan dengan maksud pornografis, tapi menganalisanya sebagai
konsep dasar kehidupan, hal yang menjadi dorongan hidup internal seorang
manusia.“
Salvador Dalí, Max Ernst,
René Magritte - ini semua nama seniman yang dikaitkan dengan gaya surealisme.
Sebuah gaya yang berkutat dengan dunia mimpi dan bawah sadar manusia.
Surealisme termasuk salah satu gaya yang paling terkenal dalam sejarah seni
rupa dan yang paling banyak diteliti, tapi hingga kinipun masih ada saja sisi
lain yang bisa ditemukan.
Perempuan yang ditampilkan
dalam karya-karya surealis ini merupakan sebuah latar dari proyeksi pikiran
mereka. Tapi bukan sebagai korban. Dari die atau barang lama yang mengemuka,
mereka menganalisanya kembali dan kemudian membuat obyek-obyek lain dari hasil
pemikiran mereka yang baru.
Dalam pameran ini,
pengunjung bisa hasil karya dari sebelas orang anggota kaum Surealis. Dan
mereka juga menempatkan benda atau bahan yang ditemukannya agar penontonnya
bisa mengasosiakan ide-ide lain darinya. Banyak juga yang terus bermain dengan
permainan asosiatif yang terkait dengan seksualitas, seperti karya-karya yang
ditampilkan perupa Amerika Meret Oppenheim. Salah satunya sebuah sarung tangan
dari bulu binatang, pada ujung jemarinya mencuat keluar kuku-kuku yang di cat
merah menyolok.
„Inilah yang dimainkan
oleh sebuah obyek surealis, tidak nyaman melihat tangan yang berbulu-bulu, tapi
ujung kukunya diberi cat kuku warna merah. Itulah yang sangat menarik pada
obyek-obyek ini, karena merangsang seluruh spektrum emosi dan rasa si penonton,
kita ditarik dari satu sisi ke sisi yang lain, di satu pihak menarik, di sisi
lain menjijikkan, sedikit menakutkan, tapi juga membuat takjub, itulah benang
merah yang menyatukan obyek-obyek yang berbeda ini“, begitu Ingrid Pfeiffer
"Venus de Milo dengan
laci"
Benda-benda absurd dan
tidak masuk akal menjadi perhatian masa kesenian ini. Seorang fotografer,
sutradara dan pelukis, Man Ray mengecat sepotong roti, diwarnainya biru, sebuah
setrika ditempelinya dengan paku-paku kecil yang biasanya digunakan untuk
merekatkan kertas dinding. Marcel Marien membuat kacamata yang hanya berkaca
satu.
Untuk pertama kalinya,
yang berperan bukan keahlian atau ketrampilan si perupa dalam melukis atau
memahat. Tapi siapa saja yang mengaku sebagai pengikut teori surealis bisa
berpartisipasi. Dan para seniman ini dengan rajinnya menyirisi pasar loak dan
daerah sekitar mereka mengumpulkan benda-benda yang bisa digunakan untuk karya
mereka. "Mesin tik, meja, kursi, sebuah roti panjang, pistol, biola bisa
ditemukan di dalam pameran, barang sehari-hari yang kita kenal, tapi dipresentasikan
kembali secara ironis.“
Banyak benda-benda
surealis yang belum pernah dipamerkan kepada publik, seperti payung yang
terbuat dari busa alami, karya perupa Jerman Wolfgang Paalen. Ingrid Pfeiffer
menekankan arti kontradiksi itu, "Tidak ada yang lebih tidak masuk akal
dari itu. Payung seharusnya melindungi kita dari air, tapi sifat busa adalah
kebalikannya, yaitu menyerap air. Justru itulah yang dicari kaum surealis,
hal-hal yang bertolak belakang, karena bentrokan antara ide atau sifat dasar sebuah
materi mendorong terjadinya perubahan dalam cara berpikir atau cara kita
melihat sesuatu. Itulah prinsip dasarnya.“
Marcel Duchamp bersama Man
Ray bermain catur di atap apartemen di Paris, 1924.
Surealisme tampaknya akan
terus hidup. Banyak obyek yang dipamerkan tampak seakan baru saja ditempatkan
di situ. Karena meskipun lukisan surealistis tidak mempengaruhi senirupa masa
kini, pengaruh obyek-obyek surealis sampai sekarang masih terasa. Pameran yang
digelar dalam rangka 25 tahun galeri senirupa Schirn di Frankfurt am Main
membuktikan, bahwa surealisme merupakan zaman yang paling kuat dalam
perkembangan senirupa modern yang kini terhitung klasik.
2.
Ivan Sagito
Ivan
Sagito atau Ivan Sagita lahir di Malang tahun 1957 dan belajar di Institut Seni
Indonesia di Yogyakarta pada tahun 1979-85. Dia dikenal sebagai seorang seniman
introvert dan misterius, namun karya seninya cukup terkenal di dunia seni. Dia
menggunakan teknik melukis realistik untuk membuat gambar realistis. Keluar
dari ketegangan ini, ia berusaha untuk menggambarkan ketidakpastian kehidupan
sehari-hari, terutama karena mereka berdampak pada orang-orang yang tidak
berdaya dalam menghadapi kemiskinan dan ketidakadilan. Dia mengatakan:
"Bagi saya, hidup selalu pergi berbeda dari yang kita harapkan Ini adalah
mengapa saya cenderung untuk mengekspresikan ketidakpastian Melihat kehidupan
di lingkungan saya, saya mendapat kesan bahwa semua orang dikendalikan oleh
kekuatan tak terlihat .....".
Subyek Ivan Sagito yang sering dituangkan
kedalam karya-karyanya adalah orang-orang tradisional Jawa yang hidupnya ia
mengamati perjuangan di Yogyakarta. Dia telah menyatakan: "Mereka berjuang
untuk bertahan hidup, tapi mereka menerima apa pun yang terjadi pada
mereka." Dalam persiapan untuk sebuah lukisan, ia mungkin mengambil
beberapa foto dari subjek dalam upaya untuk menangkap realitas batin mereka.
Ivan Sagito hampir selalu melukis sosok
manusia berulang kali dalam satu pekerjaan, menggambarkan mereka dalam
pergeseran pose atau situasi yang berbeda. Lukisan Ivan Sagito yang terpilih
sebagai Karya Terbaik di 7 dan 8 Jakarta Biennale Seni Lukis pada tahun 1987
dan 1989, dan ia dianugerahi medali perak di Triennale Osaka pada tahun 1996.
Pameran tunggal pertamanya adalah di Duta Fine Art Gallery di Jakarta pada tahun
1988. Pameran kelompok dipilih meliputi: Tree Asian Art Show (Museum Seni
Fukuoka, Jepang, 1989); The Seventh Asia Pameran Seni Internasional (Bandung,
Indonesia, 1992); The First Asia-Pacific Triennial of Contemporary Art (Galeri
Seni Queensland, Brisbane, Australia, 1993); Asian Warna Air (Galeri Nasional,
Bangkok, 1995), dan Modernitas and Beyond (Singapore Art Museum, 1996).
Awards
· 1987:
Award Biennale Seni Lukis Jakarta - Indonesia
· 1989:
Award Biennale Seni Lukis Jakarta - Indonesia
· 1996:
Silver Medal, The Osaka Triennale 1996. Japan
· 1998:
Mainichi Broadcasting System Prize, The Osaka Sculpture, Triennale 1998,
Solo Exhibition
· 2003
: Red Mill Gallery, Vermont Studio Centre, US.
· 2000
: "Freezing The Time", Drawing Exhibition, Gallery of Northern
Territory University, Darwin, Australia.
· 2005
: "Death Containing Life", CP ARTSPACE, Jakarta
2011 “final silence” Pulchri Studio , Denhaag - Holland
2011 “final silence” Pulchri Studio , Denhaag - Holland
Group Exhibition
1998 :
· “Under
Cover” The Pretoria Art Museum and Ipopeng Project, Pretoria, South
Africa
· Sandton
Civic Gallery, Johannesburg
1999 :
· “Soul
Ties” Art from Indonesia, Singapore Art Museum
2000 :
· “Gambar
Ajal dan Kegirangan Baru”, Eddie Hara & Ivan Sagita, Gallery Santi, Jakarta
2001 :
· “Membaca
Frida Kahlo”, Nadi Gallery, Jakarta
· Osaka
Triennale 2001, Japan
· “Not
just the political”, Museum II, Widayat, Mungkid, Magelang
· “Melik
Nggendhong Lali” Anniversary Basis 50, Bentara Budaya, Yogyakarta
· “Pembacaan
lewat simbol-simbol”, Galery Embun, Yogyakarta
2002 :
· Anniversary
Exhibition Gallery Canna, Jakarta
· “Mata
Hati Demokrasi”, Taman Budaya, Jakarta
· “Dimensi
Raden Saleh”, Gallery Semarang, Semarang
· “Saksi
Mata”, Nadi Gallery, Jakarta
· “Intercosmolimagination”,
Studio Budaya Langgeng - Magelang
2003 :
· “Lintas
Batas, Andi Galeri, Jakarta
· Canna
Galeri
· Galeri
Gajah Mada, Semarang
· CP
Open Biennale 2003, Jakarta, Indonesia
· “Air
kata-kata – Sindhunata”, Bentara Budaya - Yogyakarta
· “Infatuated”,
Sunjin Gallery, Singapore
2004 :
· "Membaca
Dunia Widayat”, Museum Widayat - Magelang
· "Wings
of Words Wings of Color”, Langgeng Gallery - Magelang
· "All
is in our head”, Singapore Art air 2004
· "Perception
in Vibration”, Edwin’s Gallery - Jakarta
· "4
Sehat Mo-limo Sempurna”, Bentara Budaya - Yogyakarta
2005 :
· “Urban/Culture”,
CP Biennale 2005
· “The
Second Beijing International Art Biennale”, China 2005
2006 :
· “Time
& Signs”, Vanessa Art Link, Jakarta
· “Beyond:
The Limits and Its Challenges”, Biennale Jakarta XII
· “China
International Gallery Exposition”, Beijing – China
· “
Common Link” Vanessa Art Link – Beijing
· “Icon
Restropective” Visual Art exhibition, Jogja Galery – Yogyakarta
2007 :
· “Beautiful
Death” Bentara Budaya Yogyakarta
· “Gendakan”
– Bentara Budaya – Yogyakarta
· “
Conscience Celebrate”, Edwin’s Gallery, Jakarta
· “Transgenerasi”,
Galeri Nasional – Manado
· “Titian
Masa”, The Collection of National Gallery of Indonesia – Malaysia
· “Shanghai
Art Fair 2007” : Shanghai – China
· “Neo-Nation”
Biennale Jogja IX – 2007 – Yogyakarta
2009 :
· “Friendship
Code” – Syang Artspace – Magelang
· “Milestone”-Vanessa
Art Link Gallery Jakarta
· “Poli(chromatic)
-V-art Gallery - Bentara Budaya Yogyakarta
· “Indonesia
Contemporary Drawing”-Galeri Nasional Indonesia Jakarta
· “Next
Nature” – Galeri Nasional Indonesia Jakarta
· “Living
Legends” -Edwin Galery- Galeri Nasional Indonesia Jakarta
· “Exposigns”
25th ISI Yogyakarta - Yogyakarta
· “Biennale
X” Yogyakarta
2010 :
· “Ratu
Kidul dan Dunia Mitos Kita” - Balai Soedjatmoko - Solo
· “Crossing
and Blurring the Boundaries”-Galeri Nasional Indonesia Jakarta
· “Apa
Itu Khethok ?-Galeri Canna Indonesia
2011 :
· “Art
Stage Singapore” 2011
· “Fligh
for Light” Indonesian Art and Religiosity – Jakarta
2012 :
· “Legacy
: The Trace of Civilization-Esa Sampoerna Art Museum-Surabaya
· “kembar
mayang” – museum Widayat – Magelang
· “Crouching
Tigers and Hidden Dragons” – London and Singapore
H.
Contoh Karya Seniman Aliran Surealisme
1.
Salvador Dali
Salvador Dali
2.
Ivan Sagito
|
Gambar Lukisan Ivan Sagito "Wanita Tua Menyanggul
Rambut" 2008, Oil On Canvas, 60x60cm
|
|
|||
Gambar Lukisan Ivan Sagito "Beban" 2004, Ink On
Paper, 75x55cm
|
BAB
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Aliran surealisme merupakan aliran seni
lukis modern dimana objek lukisannya tampak aneh dan asing seolah-olah hanya
terdapat di alam mimpi atau tidak masuk akal.
Surealisme ialah gerakan budaya yang
bermula pada pertengahan tahun 1920-an. Surealisme merupakan seni dan penulisan
yang paling banyak dikenal. Karya ini memiliki unsur kejutan, barang tak
terduga yang ditempatkan berdekatan satu sama lain tanpa alasan yang jelas.
Banyak seniman dan penulis surealis yang memandang karya mereka sebagai
ungkapan gerakan filosofis yang pertama dan paling maju. Karya tersebut
merupakan artefak, dan André Breton mengatakan bahwa surealisme berada di atas
segala gerakan revolusi. Dari aktivitas Dadaisme, surealisme dibentuk dengan
pusat gerakan terpentingnya di Paris. Dari tahun 1920-an aliran ini menyebar ke
seluruh dunia. Surealisme memengaruhi film seperti Angel's Egg dan El Topo.
B.
Saran
Demikian
makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
sangat kami butuhkan. Guna perbaikan makalah berikutnya. Dan semoga makalah ini
berguna untuk kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA

makash min.. mmbantu tugas SBK ^^
BalasHapus