Selasa, 09 September 2014

ALIRAN SUREALISME



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Dalam perkembangan seni rupa modern di Indonesia. Berkembang pula beberapa aliran-aliran seni rupa, khususnya aliran seni lukis yang di pengaruhi oleh barat. Aliran seni lukis tersebut muncul di eropa pada abad ke-19 yang di pengaruhi oleh pesatnya perkembangan di bidang ilmu dan teknologi. Penemuan teori-teori baru itu kemudian di jadikan kaidah seni yang berlaku dalam ikatan kelompok pendukungnya, maka lahirlah suatu aliran atau paham dalam seni yaitu : aliran lukisan Klasisme, Neo Klasisme, Romantisme, Realisme, Naturalisme, Impresionisme, Pointilisme, Ekspresionisme, Kubisme, Futurisme, Abstrak, Dadaisme, Surealisme, Pop Art, Optical Art.
Aliran lukisan ini masing-masing mempunyai ciri dan teknik yang berbeda sehingga dapat di bedakan dengan melihat contoh karyanya.

B.   Identifikasi
1.     Apa yang di maksud dengan lukisan aliran Surealisme?
2.    Bagaimanakah sejarah dari lukisan aliran Surealisme
3.    Apa ciri-ciri dari lukisan aliran Surealisme?
4.   Bagaimanakah teknik dari lukisan aliran Surealisme?
5.    Siapa sajakah tokoh-tokoh Surealis dan contohnya?

C.   Pembatasan
Setelah mengidentifikasi yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini dibatasi hanya pada pengertian dan pemahaman mengenai lukisan aliran Surealisme.

D.   Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1.               Untuk mengetahui pengertian dari lukisan aliran Surealisme
2.             Untuk mengetahui sejarah dari lukisan aliran surealisme
3.              Untuk mengetahui ciri-ciri dari lukisan aliran surealisme
4.             Untuk mengetahui teknik-teknik melukis aliran Surealisme
5.             Untuk mengetahui pelukis Surelis

E.   Manfaat
1.               Kita dapat mengetahui pengertian dari lukisan aliran Surealisme.
2.             Kita dapat mengetahui sejarah dari lukisan aliran surealisme.
3.              Kita dapat mengetahui ciri-ciri dari lukisan aliran surealisme.
4.             Kita dapat mengetahui teknik-teknik melukis aliran surealisme.
5.             Kita dapat mengetahui pelukis surealis.

F.   Sumber- Sumber
Ø Situs Internet



BAB II
ISI LAPORAN
A.        Deskripsi Surealisme
Surealisme berasal dari dua kata yaitu sur artinya bawah, dan realis artinya nyata, seperti kejadian didalam mimpi.
Surealisme ialah gerakan budaya yang bermula pada pertengahan tahun 1920-an. Surealisme merupakan seni dan penulisan yang paling banyak dikenal. Karya ini memiliki unsur kejutan, barang tak terduga yang ditempatkan berdekatan satu sama lain tanpa alasan yang jelas. Banyak seniman dan penulis surealis yang memandang karya mereka sebagai ungkapan gerakan filosofis yang pertama dan paling maju. Karya tersebut merupakan artefak, dan André Breton mengatakan bahwa surealisme berada di atas segala gerakan revolusi. Dari aktivitas Dadaisme, surealisme dibentuk dengan pusat gerakan terpentingnya di Paris. Dari tahun 1920-an aliran ini menyebar ke seluruh dunia. Surealisme memengaruhi film seperti Angel's Egg dan El Topo.
Kata surealisme diciptakan tahun 1917 oleh Guillaume Apollinaire dalam catatan program yang menjelaskan balet Parade, yang merupakan karya kolaboratif oleh Jean Cocteau, Erik Satie, Pablo Picasso dan Léonide Massine: "Dari persekutuan baru ini, hingga sekarang, perlengkapan dan kostum panggung di satu sisi dan koreografi di sisi lain hanya ada persekutuan pura-pura di antara mereka, terjadi sejenis super-realisme ('sur-réalisme') di Parade, di mana saya melihat titik mula serangkaian manifestasi semangat baru ini.
1.        Sejarah Dari Lukisan Surealisme
Surealisme, dalam banyak karakteristik, merupakan kelanjutan dari gerakan seni pendahulunya yang dikenal sebagai Dada, yang didirikan di tengah berkecamuknya Perang Dunia I (1914-1918). Terhentak oleh kenyataan kehancuran besar-besaran dan melayangnya begitu banyak nyawa yang diakibatkan perang, motivasi-motivasi para Dadais secara kuat bersifat politis: untuk mengejek kebudayaan, pemikiran, teknologi, bahkan seni. Mereka percaya bahwa keyakinan apapun akan kemampuan kemanusiaan untuk mengembangkan diri melalui seni dan kebudayaan, khususnya setelah penghancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat perang, adalah naif dan tidak realistis. Sebagai akibatnya, para Dadais menciptakan karya menggunakan ketidaksengajaan, kemungkinan, dan apapun yang menekankan pada irasionalitas kemanusiaan: contohnya, menulis puisi-puisi dengan serpihan-serpihan cukilan dari koran yang dipilih secara acak, berbicara dengan kata-kata tak masuk akal keras-keras, dan mendaulat obyek sehari-hari sebagai karya seni. Program surealis adalah pengembangan dari Dada, tapi menaruh lebih banyak pandangan positif secara esensial pada pesan negatif Dada .
Para surealis secara hebat dipengaruhi oleh Sigmund Freud, pendiri psikoanalisis dari Austria. Mereka terutama sangat menerima pembedaannya antara ego dan id-yaitu, antara naluri-naluri dan hasrat-hasrat utama kita (id) dan corak perilaku kita yang lebih beradab dan rasional (ego). Sejak tuntutan dan kebutuhan utama kita secara berkala berjalan bersinggungan dengan pengharapan masyarakat, Freud menyimpulkan bahwa kita menekan hasrat asli kita ke dalam bagian bawah sadar pikiran kita. Untuk individu yang ingin menikmati kesehatan kejiwaan, ia rasa, mereka harus membawa hasrat-hasrat itu ke pikiran sadar. Freud percaya bahwa mengesampingkan desakan tuntutan untuk menekan hasrat-hasrat yang ada di pikiran bawah sadar tetap menampilkan dirinya, terutama ketika pikiran yang sadar melonggarkan cengkeramannya; dalam mimpi, mitos, corak kelakuan ganjil, terpelesetnya lidah, ketidaksengajaan, dan seni. Dalam pencarian untuk mendapatkan akses ke alam pikiran bawah sadar, para surealis menciptakan bentuk dan teknik baru seni yang radikal.
2.      Ciri-Ciri Lukisan Aliran Surealisme
Objek lukisan tampak aneh dan asing seolah-olah hanya terdapat di alam mimpi.
3.       Teknik-Teknik Melukis Aliran Surealisme
Sebuah strategi yang digunakan para surealis untuk mengangkat gambaran-gambaran dari alam bawah sadar disebut “Exquisite Corpse”. Dalam bentuk seni kolaborasi ini, sehelai kertas dilipat menjadi empat bagian lipatan, dan empat seniman berbeda memberi kontribusi berupa representasi gambarannya tanpa melihat kontribusi seniman-seniman lainnya. Yang pertama menggambar kepala, melipat lagi kertasnya lalu menyerahkannya kepada seniman lainnya, yang menggambar bagian atas tubuh; yang ketiga menggambar kedua kaki, dan yang keempat, menggambar bagian bawah tubuh. Para seniman itu lalu membuka lipatan kertas untuk mempelajari dan menginterpretasikan kombinasi gambar tersebut.
Max Ernst, surealis Jerman, menemukan teknik lain yang menggunakan kemungkinan dan ketidaksengajaan: frottage (bahasa Perancis untuk “menggosok”). Dengan menempatkan kepingan-kepingan kayu atau logam yang kasar di bawah kanvas dan selanjutnya melukis atau menggambar dengan pensil di atasnya, sang seniman mentransfer motif kasar dari permukaan tersebut ke dalam karya-jadi. Dalam “Laocoon, Father and Sons” (1926, Menil Collection, Houston, Texas), Ernst meracik motif kasar kemungkinan dengan cara menggosok, sambil merujuk juga pada tokoh mitos Yunani, Laocoon, seorang imam Troya yang bergulat dengan piton-piton raksasa.
Barangkali teknik paling penting yang digunakan surealis untuk mengangkat alam bawah sadar adalah “automatisme”. Dalam lukisan, automatisme dibuat dengan membiarkan tangan menjelajahi permukaan kanvas tanpa campur tangan dari pikiran sadar. Tanda-tanda yang dihasilkan, mereka pikir, tidak akan menjadi acak atau tak berarti, tapi akan dibimbing pada setiap titiknya dengan memfungsikan pikiran bawah sadar sang seniman, dan bukan oleh pikiran rasional atau pelatihan keartistikan. Dalam “The Kill” (1944, Museum of Modern Art, New York City), pelukis Perancis Andre Mason menerapkan teknik ini, tapi kemudian ia menggunakan tanda-tanda yang telah diimprovisasi sebagai dasar untuk penguraiannya. Betapapun mengada-adanya penyerupaannya dengan objek nyata (dalam hal ini, wajah atau bagian tubuh), ia memperbaikinya untuk membuat hubungannya tampak lebih jelas. Karena Masson tidak menentukan sebelumnya hal yang menjadi subjek dari lukisannya, para surealis mengklaim bahwa uraian-uraiannya selanjutnya dimotivasi secara murni oleh keadaan emosionalnya selama pembuatannya..
Beberapa surealis, diantaranya Ernst, Yves Tanguy dari Perancis, dan Roberto Matta dari Chili, menggunakan kombinasi teknik-teknik tersebut untuk menyiratkan keadaan alam mimpi atau untuk menghasilkan perbendaharaan abstrak dari bentuk-bentuk. Mereka sesudahnya kesulitan untuk menyimpannya ke dalam sebuah kategori. Dalam karya Matta “The Unknowing” (1951, Museum of Modern Art, Vienna, Austria) contohnya, sang seniman telah membuat ruang dan objek-objek tiga dimensi yang kelihatan solid. Objek-objek tersebut, bagaimanapun juga, sangat ambigu sehingga penyimaknya bisa melihatnya dengan berbagai cara dan menyimpulkan interpretasi mereka sendiri-sendiri terhadap lukisan tersebut.

4.      Pelukis Surealis
Pelukis surealis diantaranya :
o  Salvador Dali ( Spanyol )
o  Max Ernst ( Jerman )
o  Odilon Redon ( Perancis )
o  Marc Chagall ( Rusia )
o  Joan Miro ( Spanyol )

B.         Asal Muasal Surealisme
Surealisme, dalam banyak karakteristik, merupakan kelanjutan dari gerakan seni pendahulunya yang dikenal sebagai Dada, yang didirikan di tengah berkecamuknya Perang Dunia I (1914-1918). Terhentak oleh kenyataan kehancuran besar-besaran dan melayangnya begitu banyak nyawa yang diakibatkan perang, motivasi-motivasi para Dadais secara kuat bersifat politis: untuk mengejek kebudayaan, pemikiran, teknologi, bahkan seni. Mereka percaya bahwa keyakinan apapun akan kemampuan kemanusiaan untuk mengembangkan diri melalui seni dan kebudayaan, khususnya setelah penghancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat perang, adalah naif dan tidak realistis. Sebagai akibatnya, para Dadais menciptakan karya menggunakan ketidaksengajaan, kemungkinan, dan apapun yang menekankan pada irasionalitas kemanusiaan: contohnya, menulis puisi-puisi dengan serpihan-serpihan cukilan dari koran yang dipilih secara acak, berbicara dengan kata-kata tak masuk akal keras-keras, dan mendaulat obyek sehari-hari sebagai karya seni. Program surealis adalah pengembangan dari Dada, tapi menaruh lebih banyak pandangan positif secara esensial pada pesan negatif Dada .
Para surealis secara hebat dipengaruhi oleh Sigmund Freud, pendiri psikoanalisis dari Austria. Mereka terutama sangat menerima pembedaannya antara ego dan id-yaitu, antara naluri-naluri dan hasrat-hasrat utama kita (id) dan corak perilaku kita yang lebih beradab dan rasional (ego). Sejak tuntutan dan kebutuhan utama kita secara berkala berjalan bersinggungan dengan pengharapan masyarakat, Freud menyimpulkan bahwa kita menekan hasrat asli kita ke dalam bagian bawah sadar pikiran kita. Untuk individu yang ingin menikmati kesehatan kejiwaan, ia rasa, mereka harus membawa hasrat-hasrat itu ke pikiran sadar. Freud percaya bahwa – mengesampingkan desakan tuntutan untuk menekan hasrat-hasrat – yang ada di pikiran bawah sadar tetap menampilkan dirinya, terutama ketika pikiran yang sadar melonggarkan cengkeramannya; dalam mimpi, mitos, corak kelakuan ganjil, terpelesetnya lidah, ketidaksengajaan, dan seni. Dalam pencarian untuk mendapatkan akses ke alam pikiran bawah sadar, para surealis menciptakan bentuk dan teknik baru seni yang radikal.

C.         Mimpi-Mimpi, Mitos-Mitos, dan Metamorfosis
Mimpi, menurut Freud, adalah jalan terbaik untuk mempelajari alam bawah sadar, karena dalam mimpilah pikiran bawah sadar kita, hasrat-hasrat utama menampilkan dirinya. Ketidakberaturan dalam mimpi, Freud percaya, adalah hasil dari pergulatan memperebutkan dominasi antara ego dan id. Dalam usaha untuk mengakses kinerja pikiran yang sebenarnya, banyak surealis yang menggali untuk meraba kualitas mimpi yang tak masuk akal. Para pemimpin dari seniman-seniman tersebut antara lain Salvador Dali dari Spanyol, dan Rene Margrite serta Paul Delvaux dari Belgia.
Untuk mengungkap kualitas irasional dari alam mimpi – dan secara bersamaan, untuk mengejutkan para penyimaknya – banyak pelukis surealis menggunakan representasi yang realistis, tapi meletakkan secara  berdampingan objek-objek dan gambarannya dengan cara yang irasional. Dalam “Magritte’s Pleasure” (1927, Kunstsammlung Nordrhein-Westfalen, Düsseldorf, Jerman), sebagai contohnya, seorang gadis kecil mencabik-cabik seekor burung dengan giginya lalu menelannya hidup-hidup. Karya tersebut menggarisbawahi kejahatan umat manusia, sambil mempermainkan ketidakcocokan antara judul dan gambarannya. Dalam karya Dali, Apparition of Face and Fruit Dish on a Beach (1938, Wadsworth Atheneum Museum of Art, Hartford, Connecticut), buah-buahan pelengkap hidangan tampak menggentayang sebagai wajah, jembatan sebagai kalung kekang anjing, dan pantai sebagai taplak meja, tergantung apa yang menjadi fokus penyimaknya.
Dali juga bereksperimen dengan film, yang menawarkan kemungkinan memotong, menindih, mencampur, atau memanipulasi gambar untuk menciptakan penyejajaran gambar sedemikian rupa yang mengguncang penyimaknya. Dalam film seperti Un chien Andalou (An Adalusian Dog, 1929) dan L’age d’or (The Golden Age, 1930), dua-duanya adalah hasil kolaborasi dengan sutradara Spanyol Luis Bunuel, perangkat-perangkat tersebut digunakan sebagai tambahan untuk rangkaian dan pengembangan plot yang irasional.
Metamorfosis dari satu objek ke objek lainnya, yang populer digunakan oleh para pelukis dan pembuat film surealis, adalah perangkat yang juga digunakan oleh para pemahat surealis. Seniman Swiss Meret Oppenheim menghubungkan cangkir teh, piring cawan, dan sendok dengan bulu binatang dalam karyanya Object (Breakfast in Fur) (1936, Museum of Modern Art, New York City), membawa penyimaknya untuk membayangkan sensasi yang membingungkan dengan meminum dari cangkir serupa itu.
Banyak surealis yang menjadi terpesona dengan mitos. Menurut Freud, mitos-mitos mengungkap belenggu kejiwaan yang tersembunyi dalam setiap manusia. Psikolog Swiss Karl Jung meneruskan dengan argumen bahwa mitos – mengesampingkan tempat asal dan waktu terjadinya – menunjukkan persamaan yang patut diperhatikan. Ia menjelaskan persamaan-persamaan tersebut melalui keberadaan apa yang ia sebut dengan “ketidaksadaran kolektif”, lapisan kejiwaan yang entah bagaimana dimiliki oleh semua manusia. Seperti halnya mimpi menampilkan gambaran-gambaran irasional yang mengungkap kejiwaan pemimpinya, mitos mengungkap kejiwaan semua umat manusia.
Dalam lukisan Dali “Metamorphosis of Narcissus”(1934, Tate Gallery, London, England), sang seniman merujuk pada tokoh mitos Yunani kuno, Narcissus, yang mana adalah seorang anak muda yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri dan dialih-bentukkan menjadi bunga yang cantik. Mitos-mitos Yunani menarik para surealis karena metamorfosis (perubahan dari satu bentuk ke bentuk lain) adalah tema yang paling sering mereka ulang. Secara serupa, dalam lukisan Dali, apa yang pada pandangan pertama tampak seperti pantat manusia, dilihat dengan cara lain, menjadi gambar tangan yang memegang telur.
Mitos-mitos juga menarik bagi surealis dikarenakan peran pentingnya bagi budaya-budaya non-barat. Dalam pandangan para pengikut Freud, peradaban barat berada dalam bahaya karena menceraikan kemanusiaan dari sifat alaminya. Secara luas dipercaya bahwa budaya-budaya non-barat lebih selaras dengan sifat dan dorongan-dorongan alami – dorongan-dorongan yang diekspresikan melalui mitos-mitos dan seni kebudayaan tersebut. Seorang surealis yang meminjam dari kesenian Afrika untuk karyanya adalah pemahat Swiss Alberto Giacometti. Dalam membuat “Spoon Woman” (1926, Museum of Modern Art, New York City), yang mana di dalamnya sendok menyerupai juga bentuk badan wanita yang berlekuk, Giacometti dipengaruhi oleh orang suku Dan di Liberia dan Cote d’Ivoire, yang mana sendok-sendok dan centong-centongnya juga menyerupai bentuk manusia.

D.         Sastra Surealis
Meskipun surealisme paling banyak memberikan pengaruh dalam seni visual, gerakan tersebut pada awalnya dimulai sebagai gerakan kesusastraan. Menurut Andre Breton, karya surealis yang pertama adalah “Les champs magnétiques” (1920; The Magnetic Fields, 1985), kumpulan tulisan automatisme yang ia tulis berkolaborasi dengan penulis Perancis Philippe Soupault. Penulis-penulis surealis penting lainnya antara lain para penulis Perancis Louis Aragon, Jean Cocteau (yang juga membuat film-film surealis), dan Paul Éluard. Beberapa penulis surealis membuat catatan-catatan dari mimpi, dan, seperti pelukis surealis, beralih pada teknik automatisme untuk mengakses alam bawah sadar. Dalam penulisan automatis para surealis membiarkan pikirannya mengalir dengan bebas ke dalam halaman kertas tanpa mencoba untuk menyunting atau mengaturnya. Hasil aliran kata-kata tersebut seringkali susah dimengerti. Seperti pelukis surealis, para penulis tersebut kemudian memodifikasi automatisme murni dari percobaan awal mereka dengan menyuntingnya, seringkali dengan penegasan yang seksama terhadap gambaran-gambaran simbolis.
Para penulis surealis menggali kembali ketertarikan dalam dua orang penyair Perancis yang karyanya sepertinya telah mengandung benih-benih surealis: Arthur Rimbaud dan Isidore Ducasse, yang nama penanya adalah Le Comte de Lautréamont. Breton mengadopsi ungkapan dari Lautreamont “cantik seperti kesempatan yang bertemu di meja mesin jahit yang terpotong dan sebuah payung,” sebagai contoh yang mengejutkan, ketidakberaturan kecantikan yang diharapkan para surealis untuk diungkapkan.

E.          Pengaruh Surealisme
Surealisme dinilai sebagai salah satu dari gerakan-gerakan seni yang paling penting dan berpengaruh di Eropa pada paruh pertama abad 20. Banyak surealis, termasuk Breton, Masson, Ernst, and Matta, menghabiskan waktu di Amerika Serikat selama Perang Dunia II (1939-1945). Kehadiran mereka terbukti penting bagi perkembangan para pelukis abstrak-ekspresionis, terutama bagi karya Arshile Gorky, Robert Motherwell, dan Jackson Pollock. Surrealism juga meninggalkan pengaruh kekal pada seni Amerika Latin, dalam karya seniman-seniman seperti Frida Kahlo dari Meksiko dan Wifredo Lam dari Kuba.

F.           Surealisme: Pecundang Klasik Yang Menjadi Klasik

Banyak galeri melarang pengunjung memegang obyek yang dipamerkan. Itu sah-sah saja. Tapi di Perancis, ada katalog pameran yang justru mengajak "Silahkan Pegang", terbit 1947 untuk sebuah pameran surealisme.
Salah satu guyonan tipikal yang sering dikemukakan seniman Marcel Duchamp adalah meraba buah dada di tempat terbuka. Seperti perupa surealis lainnya, Marcel Duchamp beranggapan bahwa manusia acap menekan imajinasinya. Dalam penggarapan seni, hal ini sebenarnya tak baik dilakukan. Menurut kaum surealis seperti Duchamp, membongkar tabu-tabu sosial bisa dimasukkan dalam kategori seni.
"Duchamp bermain dengan pergolakan batin: apakah saya boleh, apa saya betul ingin melakukannya, apakah perlu saya lakukan itu? Perasaan-perasaan yang bertentangan ini menjadi dasar pemikiran karyanya“, begitu jelas Ingrid Pfeiffer, kurator pameran „Obyek-obyek Surealis“.
Obyek-obyek ini mulai digarap pada tahun 1930-an. Ketika itu, André Breton seorang pemikir garda depan di jamannya, mengatakan bahwa salah satu jalan keluar untuk mengatasi ditekannya imajinasi adalah untuk berhenti melukis, dan mulai membuat obyek-obyek tiga dimensi. Salvador Dalí, seorang tokoh surealisme yang paling dikenal kemudian membuat parodi mengenai citra perempuan sempurna yang terdapat dalam sejarah seni rupa, yakni patung Venus de Milo yang diciptakan oleh pematung jaman antik Alexandros dari Antioch. Dalam karya „Venus dari Milo“ yang dibuat oleh Salvador Dali, terdapat laci-laci di bagian dada dan lututnya.
G.         Figur Seniman Yang Terkenal Dalam Aliran Surealisme
1.        Salvador Dali
Salvador Felipe Jacinto Dali I Domenech lahir di 08:45 pada pagi hari 11 Mei 1904 di kota pertanian kecil Figueres, Spanyol. Figueres terletak di kaki bukit Pyrenees, hanya enam belas kilometer dari perbatasan Perancis dalam azas Catalonia. Anak seorang notaris sejahtera, Dali menghabiskan masa kanak-kanaknya di Figueres dan di rumah musim panas keluarga di desa nelayan pantai Cadaqués mana orang tuanya membangun studio pertamanya. Sebagai orang dewasa, ia membuat rumahnya dengan istrinya Gala di Lligat Port dekatnya. Banyak lukisannya mencerminkan cintanya daerah ini dari Spanyol.
The Dali muda menghadiri San Fernando Academy of Fine Arts di Madrid. pengakuan awal bakat Dali datang dengan pertunjukan one-man pertama di Barcelona pada tahun 1925. Ia menjadi dikenal secara internasional ketika tiga lukisannya, termasuk The Keranjang Roti (sekarang dalam koleksi Museum), ditunjukkan dalam tahunan International ketiga Carnegie Pameran di Pittsburgh pada tahun 1928. Salvador Dali Tahun berikutnya, Dali mengadakan pertunjukan pertama nya one-man di Paris. Dia juga bergabung dengan surealis, yang dipimpin oleh mantan Dadaist Andre Breton. Tahun itu, Dali bertemu Gala Eluard ketika ia mengunjunginya di Cadaqués dengan suaminya, penyair Paul Eluard. Dia menjadi kekasih Dali, muse, manajer bisnis, dan inspirasi utama. Dali segera menjadi pemimpin Gerakan Surrealist. Lukisannya, The Persistence of Memory, dengan jam tangan lembut atau mencair masih salah satu karya surealis yang paling terkenal. Tapi seperti perang mendekat, Dali apolitis bentrok dengan surealis dan "diusir" dari kelompok surealis saat "pengadilan" pada tahun 1934. Dia Namun, memamerkan karya dalam pameran surealis internasional sepanjang dekade, tetapi dengan 1940, Dali bergerak ke dalam jenis baru lukisan dengan keasyikan dengan ilmu pengetahuan dan agama.
Dali dan Gala melarikan diri dari Eropa selama Perang Dunia II, belanja 1940-1948 di Amerika Serikat. Ini adalah tahun yang sangat penting bagi seniman. Museum of Modern Art di New York memberikan Dali retrospektif pertama pameran besar pada tahun 1941. Hal ini diikuti pada tahun 1942 dengan terbitnya otobiografi Dali, The Secret Life Salvador Dali.
Sebagai Dali menjauh dari Surealisme dan ke dalam periode klasik, ia memulai seri dari 19 kanvas besar, banyak tema-tema ilmiah, sejarah atau agama tentang. Di antara yang paling dikenal dari karya-karya ini adalah The Toreador halusinasi, dan The Discovery of America oleh Christopher Columbus dalam koleksi museum, dan The Sakramen Perjamuan Terakhir dalam koleksi Galeri Nasional di Washington, DC.
Pada tahun 1974, Dali membuka Museo Teatro di Figueres, Spanyol. Hal ini diikuti oleh Retrospektif di Paris dan London pada akhir dekade. Setelah kematian istrinya, Gala tahun 1982, kesehatan Dali mulai gagal. Ini memburuk lebih lanjut setelah ia terbakar dalam kebakaran di rumahnya di Pubol pada tahun 1984. Dua tahun kemudian, dengan langkah-pembuat ditanamkan. Banyak dari ini bagian dari hidupnya dihabiskan dalam pengasingan, pertama di Pubol dan kemudian di apartemen di Torre Galatea, berdekatan dengan Museo Teatro. Salvador Dali meninggal dunia pada tanggal 23 Januari 1989 di Figueres dari gagal jantung dengan komplikasi pernapasan.
Sebagai seniman, Salvador Dali tidak terbatas pada gaya tertentu atau media. Tubuh karyanya, dari lukisan impresionis awal transisi-Nya melalui karya surealis, dan ke dalam masa klasik, mengungkapkan seorang artis terus tumbuh dan berkembang. Dali bekerja di semua media, meninggalkan kekayaan minyak, cat air, gambar, grafik, dan, film patung, foto, potongan kinerja, perhiasan dan objek dari semua deskripsi. Penting, dia meninggalkan untuk anak cucu izin untuk mengeksplorasi semua aspek kehidupan sendiri dan memberi mereka ekspresi artistik.
Apakah bekerja dari inspirasi murni atau pada ilustrasi ditugaskan, wawasan tak ada bandingannya Dali dan kompleksitas simbolik yang jelas. Di atas segalanya, Dali adalah seorang penggambar hebat. keunggulan-Nya sebagai seorang seniman yang kreatif akan selalu menetapkan standar untuk seni abad kedua puluh.
Kaum surealis amat gemar mencemooh karya-karya klasik yang tercatat dalam sejarah seni rupa barat, dan banyak karya yang dihasilkan kelompok surealis ini seringkali lucu. Tapi ada juga yang dalam perkutatannya dengan alam bawah sadar, menghasilkan karya-karya yang seram. Perupa Hans Bellmer misalnya, mencopoti bagian tubuh boneka, melepaskan kepalanya dan melilit-lilitkan kaki boneka itu ke dalam bentuk yang dianggapnya artistik. Sementara sejumlah karya Raoul Ubac, berbentuk boneka pajangan dari toko pakaian yang kemudian puting buah dadanya ditusuki jarum. Ada juga kepala patung boneka yang dibacok pisau, kemudian ditutupi selendang yang mengerudungi kepala. Menurut kaum surealis, desakan-desakan erotik merupakan dasar tindakan seseorang.
Kurator pameran Ingrid Pfeiffer, "mereka aktif berpolitik. Di antaranya ada yang anggota partai komunis, dan mereka semua melawan gerakan Nazi. Tapi semakin mereka kecewa dengan target-target politik yang mengemuka, semakin mereka mendalami tema-tema cinta dan seksualitas. Bukan dengan maksud pornografis, tapi menganalisanya sebagai konsep dasar kehidupan, hal yang menjadi dorongan hidup internal seorang manusia.“
Salvador Dalí, Max Ernst, René Magritte - ini semua nama seniman yang dikaitkan dengan gaya surealisme. Sebuah gaya yang berkutat dengan dunia mimpi dan bawah sadar manusia. Surealisme termasuk salah satu gaya yang paling terkenal dalam sejarah seni rupa dan yang paling banyak diteliti, tapi hingga kinipun masih ada saja sisi lain yang bisa ditemukan.
Perempuan yang ditampilkan dalam karya-karya surealis ini merupakan sebuah latar dari proyeksi pikiran mereka. Tapi bukan sebagai korban. Dari die atau barang lama yang mengemuka, mereka menganalisanya kembali dan kemudian membuat obyek-obyek lain dari hasil pemikiran mereka yang baru.
Dalam pameran ini, pengunjung bisa hasil karya dari sebelas orang anggota kaum Surealis. Dan mereka juga menempatkan benda atau bahan yang ditemukannya agar penontonnya bisa mengasosiakan ide-ide lain darinya. Banyak juga yang terus bermain dengan permainan asosiatif yang terkait dengan seksualitas, seperti karya-karya yang ditampilkan perupa Amerika Meret Oppenheim. Salah satunya sebuah sarung tangan dari bulu binatang, pada ujung jemarinya mencuat keluar kuku-kuku yang di cat merah menyolok.
„Inilah yang dimainkan oleh sebuah obyek surealis, tidak nyaman melihat tangan yang berbulu-bulu, tapi ujung kukunya diberi cat kuku warna merah. Itulah yang sangat menarik pada obyek-obyek ini, karena merangsang seluruh spektrum emosi dan rasa si penonton, kita ditarik dari satu sisi ke sisi yang lain, di satu pihak menarik, di sisi lain menjijikkan, sedikit menakutkan, tapi juga membuat takjub, itulah benang merah yang menyatukan obyek-obyek yang berbeda ini“, begitu Ingrid Pfeiffer

"Venus de Milo dengan laci"
Benda-benda absurd dan tidak masuk akal menjadi perhatian masa kesenian ini. Seorang fotografer, sutradara dan pelukis, Man Ray mengecat sepotong roti, diwarnainya biru, sebuah setrika ditempelinya dengan paku-paku kecil yang biasanya digunakan untuk merekatkan kertas dinding. Marcel Marien membuat kacamata yang hanya berkaca satu.
Untuk pertama kalinya, yang berperan bukan keahlian atau ketrampilan si perupa dalam melukis atau memahat. Tapi siapa saja yang mengaku sebagai pengikut teori surealis bisa berpartisipasi. Dan para seniman ini dengan rajinnya menyirisi pasar loak dan daerah sekitar mereka mengumpulkan benda-benda yang bisa digunakan untuk karya mereka. "Mesin tik, meja, kursi, sebuah roti panjang, pistol, biola bisa ditemukan di dalam pameran, barang sehari-hari yang kita kenal, tapi dipresentasikan kembali secara ironis.“
Banyak benda-benda surealis yang belum pernah dipamerkan kepada publik, seperti payung yang terbuat dari busa alami, karya perupa Jerman Wolfgang Paalen. Ingrid Pfeiffer menekankan arti kontradiksi itu, "Tidak ada yang lebih tidak masuk akal dari itu. Payung seharusnya melindungi kita dari air, tapi sifat busa adalah kebalikannya, yaitu menyerap air. Justru itulah yang dicari kaum surealis, hal-hal yang bertolak belakang, karena bentrokan antara ide atau sifat dasar sebuah materi mendorong terjadinya perubahan dalam cara berpikir atau cara kita melihat sesuatu. Itulah prinsip dasarnya.“
Marcel Duchamp bersama Man Ray bermain catur di atap apartemen di Paris, 1924.
Surealisme tampaknya akan terus hidup. Banyak obyek yang dipamerkan tampak seakan baru saja ditempatkan di situ. Karena meskipun lukisan surealistis tidak mempengaruhi senirupa masa kini, pengaruh obyek-obyek surealis sampai sekarang masih terasa. Pameran yang digelar dalam rangka 25 tahun galeri senirupa Schirn di Frankfurt am Main membuktikan, bahwa surealisme merupakan zaman yang paling kuat dalam perkembangan senirupa modern yang kini terhitung klasik.
2.        Ivan Sagito
Ivan Sagito atau Ivan Sagita lahir di Malang tahun 1957 dan belajar di Institut Seni Indonesia di Yogyakarta pada tahun 1979-85. Dia dikenal sebagai seorang seniman introvert dan misterius, namun karya seninya cukup terkenal di dunia seni. Dia menggunakan teknik melukis realistik untuk membuat gambar realistis. Keluar dari ketegangan ini, ia berusaha untuk menggambarkan ketidakpastian kehidupan sehari-hari, terutama karena mereka berdampak pada orang-orang yang tidak berdaya dalam menghadapi kemiskinan dan ketidakadilan. Dia mengatakan: "Bagi saya, hidup selalu pergi berbeda dari yang kita harapkan Ini adalah mengapa saya cenderung untuk mengekspresikan ketidakpastian Melihat kehidupan di lingkungan saya, saya mendapat kesan bahwa semua orang dikendalikan oleh kekuatan tak terlihat .....".
Subyek Ivan Sagito yang sering dituangkan kedalam karya-karyanya adalah orang-orang tradisional Jawa yang hidupnya ia mengamati perjuangan di Yogyakarta. Dia telah menyatakan: "Mereka berjuang untuk bertahan hidup, tapi mereka menerima apa pun yang terjadi pada mereka." Dalam persiapan untuk sebuah lukisan, ia mungkin mengambil beberapa foto dari subjek dalam upaya untuk menangkap realitas batin mereka.
Ivan Sagito hampir selalu melukis sosok manusia berulang kali dalam satu pekerjaan, menggambarkan mereka dalam pergeseran pose atau situasi yang berbeda. Lukisan Ivan Sagito yang terpilih sebagai Karya Terbaik di 7 dan 8 Jakarta Biennale Seni Lukis pada tahun 1987 dan 1989, dan ia dianugerahi medali perak di Triennale Osaka pada tahun 1996. Pameran tunggal pertamanya adalah di Duta Fine Art Gallery di Jakarta pada tahun 1988. Pameran kelompok dipilih meliputi: Tree Asian Art Show (Museum Seni Fukuoka, Jepang, 1989); The Seventh Asia Pameran Seni Internasional (Bandung, Indonesia, 1992); The First Asia-Pacific Triennial of Contemporary Art (Galeri Seni Queensland, Brisbane, Australia, 1993); Asian Warna Air (Galeri Nasional, Bangkok, 1995), dan Modernitas and Beyond (Singapore Art Museum, 1996).

Awards

·  1987: Award Biennale Seni Lukis Jakarta - Indonesia
·  1989: Award Biennale Seni Lukis Jakarta - Indonesia
·  1996: Silver Medal, The Osaka Triennale 1996. Japan
·  1998: Mainichi Broadcasting System Prize, The Osaka Sculpture, Triennale 1998,

Solo Exhibition

·  2003 : Red Mill Gallery, Vermont Studio Centre, US.
·  2000 : "Freezing The Time", Drawing Exhibition, Gallery of Northern Territory University, Darwin, Australia.
·  2005 : "Death Containing Life", CP ARTSPACE, Jakarta
2011 “final silence” Pulchri Studio , Denhaag - Holland

Group Exhibition

1998 :

·  “Under Cover” The Pretoria Art Museum and Ipopeng Project, Pretoria, South Africa 
·  Sandton Civic Gallery, Johannesburg

1999 :

·  “Soul Ties” Art from Indonesia, Singapore Art Museum

2000 :

·  “Gambar Ajal dan Kegirangan Baru”, Eddie Hara & Ivan Sagita, Gallery Santi, Jakarta

2001 :

·   “Membaca Frida Kahlo”, Nadi Gallery, Jakarta
·   Osaka Triennale 2001, Japan
·   “Not just the political”, Museum II, Widayat, Mungkid, Magelang
·   “Melik Nggendhong Lali” Anniversary Basis 50, Bentara Budaya, Yogyakarta
·   “Pembacaan lewat simbol-simbol”, Galery Embun, Yogyakarta

2002 :

·  Anniversary Exhibition Gallery Canna, Jakarta
·  “Mata Hati Demokrasi”, Taman Budaya, Jakarta
·  “Dimensi Raden Saleh”, Gallery Semarang, Semarang
·  “Saksi Mata”, Nadi Gallery, Jakarta
·  “Intercosmolimagination”, Studio Budaya Langgeng - Magelang

2003 :

·  “Lintas Batas, Andi Galeri, Jakarta
·  Canna Galeri
·  Galeri Gajah Mada, Semarang
·  CP Open Biennale 2003, Jakarta, Indonesia
·  “Air kata-kata – Sindhunata”, Bentara Budaya - Yogyakarta
·  “Infatuated”, Sunjin Gallery, Singapore

2004 :

·  "Membaca Dunia Widayat”, Museum Widayat - Magelang
·  "Wings of Words Wings of Color”, Langgeng Gallery - Magelang
·  "All is in our head”, Singapore Art air 2004
·  "Perception in Vibration”, Edwin’s Gallery - Jakarta
·  "4 Sehat Mo-limo Sempurna”, Bentara Budaya - Yogyakarta

2005 :

·  “Urban/Culture”, CP Biennale 2005
·  “The Second Beijing International Art Biennale”, China 2005

2006 :

·  “Time & Signs”, Vanessa Art Link, Jakarta
·  “Beyond: The Limits and Its Challenges”, Biennale Jakarta XII
·  “China International Gallery Exposition”, Beijing – China
·  “ Common Link” Vanessa Art Link – Beijing
·  “Icon Restropective” Visual Art exhibition, Jogja Galery – Yogyakarta

2007 :

·  “Beautiful Death” Bentara Budaya Yogyakarta
·  “Gendakan” – Bentara Budaya – Yogyakarta
·  “ 100 Tahun Pelukis Besar Affandi” Taman Budaya Yogyakarta
·  “ Conscience Celebrate”, Edwin’s Gallery, Jakarta
·  “Transgenerasi”, Galeri Nasional – Manado
·  “Titian Masa”, The Collection of National Gallery of Indonesia – Malaysia
·  “Shanghai Art Fair 2007” : Shanghai – China
·  “Neo-Nation” Biennale Jogja IX – 2007 – Yogyakarta
2009 :
·  “Friendship Code” – Syang Artspace – Magelang
·  “Milestone”-Vanessa Art Link Gallery Jakarta
·  “Poli(chromatic) -V-art Gallery - Bentara Budaya Yogyakarta
·  “Indonesia Contemporary Drawing”-Galeri Nasional Indonesia Jakarta
·  “Next Nature” – Galeri Nasional Indonesia Jakarta
·  “Living Legends” -Edwin Galery- Galeri Nasional Indonesia Jakarta
·  “Exposigns” 25th ISI Yogyakarta - Yogyakarta
·  “Biennale X” Yogyakarta
2010 :
·  “Ratu Kidul dan Dunia Mitos Kita” - Balai Soedjatmoko - Solo
·  “Crossing and Blurring the Boundaries”-Galeri Nasional Indonesia Jakarta
·  “Apa Itu Khethok ?-Galeri Canna Indonesia
2011 :
·  “Art Stage Singapore” 2011
·  “Fligh for Light” Indonesian Art and Religiosity – Jakarta
2012 :
·  “Legacy : The Trace of Civilization-Esa Sampoerna Art Museum-Surabaya
·  “kembar mayang” – museum Widayat – Magelang
·  “Crouching Tigers and Hidden Dragons” – London and Singapore
H.         Contoh Karya Seniman Aliran Surealisme
1.       
Salvador Dali






2.        Ivan Sagito

Gambar Lukisan Ivan Sagito "Wanita Tua Menyanggul Rambut" 2008, Oil On Canvas, 60x60cm

Gambar Lukisan Ivan Sagito "Beban" 2004, Ink On Paper, 75x55cm




Gambar Lukisan Ivan Sagito "Wajah pada Wayang-wayang", 2006, Oil On Canvas, 17.5x13.5 inc


Gambar Patung Ivan Sagito "Perjalanan Sapi" Perunggu, 38x8.5x24 cm


Gambar Patung Ivan Sagito "Spritual" 2007, Perunggu, 64x63x25cm


"Benar atau Salah adalah Keranjang Saya" 2007, Patung Perunggu, 46x45x49cm


BAB
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Aliran surealisme merupakan aliran seni lukis modern dimana objek lukisannya tampak aneh dan asing seolah-olah hanya terdapat di alam mimpi atau tidak masuk akal.
Surealisme ialah gerakan budaya yang bermula pada pertengahan tahun 1920-an. Surealisme merupakan seni dan penulisan yang paling banyak dikenal. Karya ini memiliki unsur kejutan, barang tak terduga yang ditempatkan berdekatan satu sama lain tanpa alasan yang jelas. Banyak seniman dan penulis surealis yang memandang karya mereka sebagai ungkapan gerakan filosofis yang pertama dan paling maju. Karya tersebut merupakan artefak, dan André Breton mengatakan bahwa surealisme berada di atas segala gerakan revolusi. Dari aktivitas Dadaisme, surealisme dibentuk dengan pusat gerakan terpentingnya di Paris. Dari tahun 1920-an aliran ini menyebar ke seluruh dunia. Surealisme memengaruhi film seperti Angel's Egg dan El Topo.
B.       Saran
Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan. Guna perbaikan makalah berikutnya. Dan semoga makalah ini berguna untuk kita semua. Amin.


DAFTAR PUSTAKA
*        Sukma Aji, Denata. 2010. Buku Kerja Sekolah Menengah Atas. Surakarta: Suara Media Sejahtera

1 komentar: